Fuad Syarif
Ketika kami menelusuri Desa Kajang, membuat Paket Gatra Kencana Pelangi Desa di Kabupaten Bulukumba, sengaja kami ingin melihat dan mendengarkan, kesenian masyarakat Kajang yang unik dan tidak dimiliki masyarakat lainnya. Kami melihat dan menyaksikan bagaimana merdunya suara seruling yang dimainkan tidak putus-putus oleh dua peniup suling dan dua orang penyanyi dengan gaya tangan di dagu dan tangan kanannya berada dibawah tangan kirinya. Walaupun kami tidak mengerti syair yang dilantunkan oleh penyanyi ini, tapi kami mendengarkannya begitu asyik dan iramanya seperti seruling dari Mandarin. Nah bagaimana cuplikan musik tradisional bassing-Bassing ini, dapat anda klik videonya berikut ini.
Selasa, 24 Mei 2011
Paraikatte tanggal 23 Mei 2011
Fuad Syarif
Tema dialog Paraikatte tgl 23 Mei 2011, Menyoal Pelayanan PDAM Kota Makassar. Dalam dialog interaktif ini hadir sebagai narasumber: 1. Direktur Utama PDAM kota Makassar. 2. Direktur Teknik, 3. Direktur Umum serta Direktur Keuangan. Disamping itu juga hadis Kabag.Humas PDAM dan Audiens dari Karyawan PDAM.
Minggu, 15 Mei 2011
Dialog Halo Bantaeng
Fuad Syarif
Halo Bantaeng, adalah dialog yang membahas tentang Kemajuan Daerah Kabupaten Bantaeng dengan berbagai keberhasilan yang dicapai oleh Kabupaten ini, dibawah kepemimpinan Bupati Prof.Dr.Ir, Nurdin Abdullah.
Pada edisi bulan Mei, dialog Halo Banteng membahas, Mengembangkan minat Baca di Kabupaten Bantaeng., dengan Narasumber Camat, Kepala Dinas dan Kepala Desa Labbo.
Dalam dialog, terungkap kekaguman masyarakat terhadap Bupati Banteng yang mampu membangun Perpustakaan di tingkat Desa, sehingga pengetahuan dan wawasan masayarakat Bantenag semakin bertambah dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pengetahuan yang diperoleh dari membaca.
Selasa, 10 Mei 2011
Paraikatte tgl 9 Mei 2011
Fuad Syarif
Dialog paraikatte tgl 9 Mei 2011, mengangkat tema Ada Apa dengan Raskin, menghadirkan pengamat ekonomi Pertanian Dr.Ir.Rahim Darma dan Wahidah Burhanuddin Upa, ketua Serikat Rakyat Miskin Sulawesi Selatan, yang dipandu oleh Pembaawa Acara Pudja Sutamat.
Dialog ini mengupas, masalah Beras untuk Rakyat miskin yang begitu kontroversi di tengah-tengah masyarakat.
Ada sebagian kalangan menilai, raskin seharusnya untuk masyarakat miskin di perkotaan, sedangkan untuk rakyat miskin di pedesaan, justru menjadi tidak produktif.
Begitu dengan jumlah beras yang disalurkan, dari tahun ke tahun terus bertambah dan Rumahtangga sasaran penerima Raskin-pun terus bertambah.
Disisilain, Propinsi sulawesi selatan dengan laju pertumbuhan ekonominya mencapai 9,2 dan Pemda Propinsi menargetkan over produksi beras mencapai 2 juta Ton, malah justru orang miskin semakin banyak dan tingkat kesejahteraannya-pun semakin menurun.
Minggu, 08 Mei 2011
Pesan Lestari dari Negeri Ammatoa
Fuad Syarif
PELANGI DESA
TEMA : PESAN LESTARI DARI NEGERI AMMATOA
SINOPSIS
Pelestarian hutan di Kajang Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan, tidak terlepas dari payung hukum adat yang selama ini dihormati dan dijunjung tinggi masyarakat adat Kajang yakni “Pasang”.
Pasang berarti Pesan dan eksistensi pasang sifatnya menjadi sebuah keharusan dan wajib untuk dilaksanakan. Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap Pasang, langsung mendapatkan sangsi, selaku hidup di dunia dan diakhirat nanti.
Masyarakat Kajang memahami bahwa dunia yang diciptakan oleh Turie’ A’ra’na beserta isinya haruslah dijaga keseimbangannya, terutama hutan. Karenanya hutan harus dipelihara dengan baik dan mendapat perlakuan khusus bagi penghuninya serta tidak boleh dirusak.
Bagi orang Kajang diyakini bahwa merawat hutan adalah merupakan bagian dari ajaran pasang, karena hutan memiliki kekuatan gaib yang dapat mensejahterakan dan sekaligus mendatangkan bencana manakala tidak dijaga kelestariannya. Mereka yakin dan percaya bahwa di sekitarnya terhadap sesuatu kekuatan “supernatural” yang bagi manusia tidak mampu menghadapinya. Untuk itu mereka senantiasa mengadakan upacara-upacara di hutan agar terhindar dari mara bahaya yang dapat mengancam kehidupannya.
Dengan modal Pasang tersebut, masyarakat adat kajang menjadi bukti betapa kuatnya kearifan lokal masyarakat adat Kajang dalam pengelolaan hutan. ”Dengan Pasang inilah semua bentuk pemanfaatan dan pengelolaan hutan diatur dengan jelas termasuk menjadi alat pengawasan serta kontrol atas semua aktivitas yang berhubungan dengan kehutanan.
Menurut Kepala Dusun Benteng Desa Kajang, Hading, setiap pemanfaatan kayu di hutan untuk kepentingan masyarakat, penangkapan ikan dan udang di sungai serta satwa liar lainnya dikawasan hutan, tidak diperbolehkan kecuali ada izin dari Ammatoa.
Adat yang melestarikan lingkungan ini, sangat menarik untuk diangkat dalam paket Pelangi Desa, dan diharapkan mampu menjadi tauladan bagi suku lainnya di tanah air dalam pelestarian lingkungan.
Selasa, 03 Mei 2011
Shoting Daerah Membangun di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Oleh Fuad Syarif
TEMA : YANG NYARIS PUNAH
SINOPSIS
Tarsius atau Balao Cengke dengan nama latin Tarsius spectrum merupakan primata terkecil di dunia. Hewan langka ini, hidup di kawasan Pattunuang dan Pampang, Taman Nasional Bantimurung Bulu saraung. Satwa nocturnal pemakan serangga, memiliki ukuran panjang badan 8,5 sampai 16 cm, sedangkan ekornya bervariasi antara 13,5 sampai 27 cm. Kera mungil ini memiliki mata bulat yang besar serta jari-jari panjang untuk berpegangan.
Keberadaan Tarsius di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, sudah diketahui sejak pertengahan tahun 2007 dan sarang Tarsius sudah banyak ditemukan. Satwa mungil ini dapat diamati secara langsung di kawasan Pattunuang.
Primata terkecil di dunia ini, tidak sendirian di Taman Nasional Bantimurung dan masih terdapat flora dan fauna langka lainnya yang ditangkarkan untuk pelestarian lingkungan hidup, seperti Kupu-kupu, laba-laba goa Karst, musang sulawesi, kera hitam sulawesi, Kuskus dan Burung langka lainnya.
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah melainkan tanggungjawab setiap insan di bumi. Setiap orang harus melakukan usaha penyelamatan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Keberadaan Tarsius di Taman Nasional bantimurung, sangat menarik untuk diangkat dalam paket Daerah Membangun, untuk melihat dari dekat kehidupan Primata terkecil di dunia dan upaya pelestariannya agar terhidar dari kepunahan. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan, sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak nanti.
Langganan:
Postingan (Atom)